Masa Depan Bulutangkis Indonesia!!!!
Berbicara tentang bulutangkis Indonesia. Di tahun 2015, pemain Indonesia
tidak terlalu banyak menunjukkan prestasi gemilang justru mengalami penurunan
dari 2 tahun yang lalu jika 2 tahun lalu Indonesia masih bisa menjuarai
beberapa gelar turnamen super series/super series premier tapi di tahun ini
justru mengalami penurunan. Pemain yang selalu menjadi tumpuan Indonesia dalam
membidik gelar seperti Muhammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Tontowi Ahmad/Lilyana
Natsir sudah mulai kehabisan akal dan tenaga dalam menghadapi pemain top dunia
yang seakan-akan tak ada matinya. Regenerasi pemain juga sangat dibutuhkan
dalam hal ini. Pelapis yang telah dipersiapkan untuk menggantikan para pemain
senior nampaknya belum bisa berbicara banyak jika diberikan kesempatan untuk
bermain di level super series. Pemain muda tersebut masih membutuhkan
pengalaman yang cukup untuk naik level, ada baiknya jika mereka di berikan
jatah untuk main di level grand prix/grand prix gold dahulu, meskipun ada beberapa
pemain junior yang sudah memperlihatkan kemajuan yang signifikan, mereka mulai
mengikuti turnamen level super series melalui babak kualifikasi dan tidak
jarang di antara pemain junior tersebut ada yang sampai ke babak perdelapan
final bahkan sampai semi final. Tak bisa dipungkiri pemain yang bermain dilevel
tersebut adalah pemain-pemain terbaik dunia dan kadang kala pemain junior
tersebut memberikan kejutan dengan mengalahkan beberapa unggulan.
Menarik ketika membicarakan tentang pemain muda atau regenerasi
bulutagkis Indonesia. Yang pertama, sektor yang selalu menjadi tumpuan
Indonesia yaitu Ganda Campuran, di sektor ini pelatih sudah memiliki beberapa
pasang pemain yang sudah dipersiapkan untuk menggantikan peran penting
Owi/Butet (sapaan Tantowi Ahmad dan Lilyana Natsir) ada nama-nama seperti
Praven Jordan/ Debby Susanto, Edi Subaktiar/Gloria, Alfian/Annisa,
Melati/Ronald Alexander dan masih banyak lagi. Yang paling mengalami progres
baik adalah pasangan Praven/Debby permainan keduanya semakin matang, begitu
juga dengan Edi/Gloria yang sudah bisa menjuarai level grand prix gold dan
sudah mulai ikut dibeberapa turnamen super series sedangkan Alfian/Annisa dan
Melati/Alexander masih harus terus berlatih di level Grand Prix/Grand Prix Gold.
Selanjutnya di sektor ganda putri, pasangan yang paling memiliki progres baik
adalah Nitya Krishinda Maheswari/ Greysia Polii. Pasangan ini sebenarnya sudah
memiliki level yang setara dengan pemain elit dunia baik itu dari Korea,
Jepang, bahkan China. Buktinya Greysia dan Nitya sudah pernah mengalahkan
"monster-monster" tersebut. Sedangkan regenerasi di sekotor ini masih
belum terlalu memperlihatkan grafik yang signifikan, ada beberapa nama yang
mulai dipersiapkan PBSI seperti pasangan bau Richi Puspita Dili/Risky Amalia
Pradipta. Juga pasangan-pasangan lama seperti Della
Destiara Haris/Rosyita Eka Putri dan Gabby Ristiani Imawan/Tiara Rosalia
Nuraida. Sektor Ganda putra memiliki peluang
yang cukup terbuka dalam regenerasi pemain mudanya, karena pelapis dari
Ahsan/Hendra sudah memperlihatkan kematangannya seperti Angga Pratana/Ricky
Karanda Suwardi maupun Kevin Sanjaya Sukamulyo/Gideon Marcus Fernaldi yang
selalu memberikan kejutan setiap kali mengikuti turnamen tapi tetap saja masih
perlu latihan sehingga permainan keduanya jadi lebih matang. Selanjutnya sektor
yang paling sepi dari gelar, yaitu tunggal putri, tunggal putri senior seperti
Lindaweni Fanetri, Maria Febe Kusumastuti, Bellaetrix Manuputty kini sudah
semakin tertinggal dari tunggal putri top dunia. Mereka sudah tidak bisa
berbicara banyak lagi. Linda yang hampir selalu mentok di babab awal, Febe yang
selalu memberikan harapan walau pada akhirnya kandas juga, dan Bella yang
sebenarnya punya kemampuan yang lebih dari linda dan febe justru mengalami
cidera yang membuatnya harus istirahat dan absen di beberapa turnamen terakhir.juga
ada nama seperti Ardianti Firdasari yang selalu ikut ambil bagian dibeberapa
turnamen walaupun belum bisa membrikan hasil yang maksimal. Yang terakhir
sektor tunggal putra yang paling digadang-gadang memiliki regenerasi yang paling baik di
banding sektor lain. Muncul nama-nama seperti Antony Sinisuka Ginting, Jonatan
Christie, Ihsan Maulana Mustofa, Firman Abdul Kholik dan masih banyak lagi
pemain junior tunggal putra yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Mengapa?
Karena disetiap turnamen yang mereka ikuti selalu saja ada kejutan yang
diberikan seperti mengalahkan para unggulan yang notabennya adalah pemain elit
dunia. Yang baru-baru ini Antony Sinisuka Ginting sampai di babak semifinal
Super Series dan untuk sampai di semifinal pertamanya di level Super Series Ginting
memulangkan beberapa pemain top dunia salah satunya Kento Momota dari Jepang
yang juga merupakan pemain junior tetapi lebih dulu telah naik ke level Super
Series/Super Series Premier dan telah meraih beberapa title juara. Pemain
senior seperti Tommy Sugiarto, Dionysius Hayom Rumbaka, Sony Dwi Kuncoro maupun
Simon Santoso masih tetap mengikuti turnamen tetapi mereka seakan hanya menjadi
penghias draw.
Regenerasi sangat diperlukan untuk kemajuan bulutangkis Indonesia agar
tidak pernah habis bibit-bibit yang bisa menjadikan Indonesia tetap exis di
kanca bulutangkis dunia. 3-4 tahun mendatang setidaknya para junior yang telah
dipersiapkan untuk menggantikan posisi senior mereka sudah bisa berbicara
banyak dan memberikan kemampuannya secara maksimal.(SriRismaYuliana).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar