PERKEMBANGAN
MAKNA
A. Perluasan Makna
Perluasan makna terjadi pada
kata-kata antara lainsaudara, bapak, ibu; dahulu digunakan
untuk menyebut orang yang seketurunan (sedarah) dengan kita. Kata saudara dihubungkan dengan kakak atau
adik yang seayah dan seibu. Kata bapak selalu dihubungkan dengan orangtua laki-laki,
dan kata ibu dengan orangtua
perempuan. Sekarang ketiga kata tersebut pemakaiannya telah meluas maknanya.
Kata bapak digunakan kepada setiap
laki-laki yang tua, meskipun tidak ada pertalian darah dengan kita; kata saudara digunakan untuk mereka yang
sepaya dengan pembicara; dan kata ibu
digunakan untuk perempuan tua, meskipun tidak ada pertalian darah.
Perluasan makna dapat pula
dengan menambah unsur lain, misalnya kata kepala
(dahulu bagian badan sebelah atas). Sekarang maknanya meluas, misalnya kepala bagian, kepala sekolah, kepala kantor
pos, kepala rumah sakit, suster kepala (untuk membedakan dari kepala suster). Makna kepala pada
bentuk-bentuk tersebut masih tampak, yakni berasosiasi dengan atas, sebab kepala di dalam konstruksi
tersebut menunjukkan orang yang memiliki jabatan tertinggi (atas, pemimpin).
Kata kemudi yang dahulu bermakna “alat untuk meluruskan jalanya kapal
atau perahu”, sekarang muncul frase mengemudikan
perusahaan (negara), mengemudikan pesawat.
Pada
kata benih yang selalu dihubungkan
dengan masalah pertanian (bibit) benih
padi, benih jagung, dan sebagainya; sekarang muncul benih persengketaan, benih perkara, benih kesengsaraan, yang
maknanya “sumber” (bibit).
Kata
memancing yang semula lebih
dihubungkan dengan kegiatan menangkap ikan, sama dengan “mengail” , sekarang
muncul ekspresi memancing kerusuhan,
memancing perkelahian, dan sebagainya. Maknanya masih memiliki hubungan
dengan memancing (mencoba-coba membandingkan).
B. Pembatasan Makna
Makna kata dapat mengalami
pembatasan, atau makna yang dimiliki terbatas dibandingkan dengan makna semula.
Kata dengan bentukan baru hanya mengacu kepada benda atau peristiwa yang
terbatas (khusus). Bandingkanlah :
1)
Ahli
2)
Ahli penyakit
3)
Ahli kebidanan
4)
Ahli sejarah
5)
Ahli bahasa
Kita
mengetahui bahwa makna ahli semula
“anggota keluarga” , “orang yang termasuk di dalam satu garis keturunan” ,
ditambah unsur lain maknanya menjadi terbatas atau menyempit.
Kata
sastra di dalam bahasa Sansekerta
memiliki makna yang luas, tetapi di dalam bahasa Indonesia sekarang makna kata sastra hanya dihubungkan dengan
karangan-karangan yang bernilai keindahan yang dapat mengugah perasaan.Demikian
juga bila kita lihat kata lain, seperti :
1) Merawat, bukan hanya pekerjaan yang berlaku bagi lingkungan rumah sakit, di
rumah sendiri pun dikatakan dirawat
(bagi orang sakit), dan berlaku pula merawat
rumah, merawat bayi, merawat ayam
(meskipun tidak sakit). Tetapi, kata perawat
masih memiliki makna terbatas di rumah sakit, yang bermakna “orang yang merawat
yang sakit” , merawat memiliki arti
yang luas.
2) Tukang, memiliki makna yang luas “ahli” atau “bisa mengerjakan sesuatu” ,
maknanya menjadi terbatas dengan munculnya unsur pembatas, seperti pada tukang kayu, tukang catut, tukang tambal
ban, dan seterusnya.
3) Skripsi, semula memiliki makna luas “semua tulisan tangan” , sekarang maknanya
terbatas (menyempit) menjadi “tulisan (mahasiswa) yang disusun sebagai
persyaratan untuk memperoleh gelar”.
C. Pergeseran Makna
Makna berkembang dengan melalui
perubahan, perluasan, penyempitan, atau pergeseran. Pergeseran makna terjadi
pada kata-kata (frase) bahasa Indonesia yang disebut eufemisme (melemahkan
makna). Caranya dapat dengan mengganti simbolnya(kata, frase) dengan yang baru
dan maknanya bergeser, biasanya terjadi bagi kata-kata yang dianggap memiliki
makna yang menyinggung perasaan orang yang mengalaminya.
Perhatikan contoh
berikut :
1.
Dipecat, dirasakan terlalu keras, dengan
demikian muncul diberhentikan dengan
hormat atau dipensiunkan.
2.
Sogok menyogok, dirasa terlalu mencolok mata,
oleh karena itu muncul pungli
(pungutan liar), menyalahgunakan
wewenang, komersialisasi jabatan, upeti, dan seterusnya.
Pergeseran
makna terjadi di dalam bentuk imperatif seperti pada segera laksanakan yang bergeser maknanya menjadi harap dilaksanakan atau mohon dilaksanakan, terjadi eufemisme.
Pergeseran makna terjadi pada kata-kata atau frase yang bermakna terlalu
menyinggung perasaan orang yang mengalaminya, oleh karena itu kita tidak
mengatakan orang sudah tua di depan
meraka yang sudah tua bila dirasakan menyinggung perasaan yang bersangkutan,
maka muncullah orang lanjut usia.
Demikian pula terjadi pergeseran makna pada kata-kata atau frase berikut :
1. Tuna netra (buta)
2. Tuna rungu (tuli)
3. Tuna wisme (gelandangan)
4. Tuna susila (pelacur)
5. Cacat mental (orang gila)
Pemakain
bahasa dalam hal ini selalu memanfaatkan potensinya untuk memakai semua unsur
yang terdapat di dalam bahasanya. Pemakain bahasa berusaha agar kawan bicara
tidak terganggu secara psikologis, oleh karena itu muncul pergeseran makna .
Dikatakan pergeseran makna bukan
pembatasan makna, karena dengan penggantian lambang (simbol) makna semula masih
berkaitan erat tetapi ada makna tambahan (eufemisme) menghaluskan (pertimbangan
akibat psikologis bagi kawan bicara atau orang yang mengalami makna yang
diungkapkan kata atau frase yang disebutkan).
להויר ורא ברה ורא ברה בלו האר - חשקעדיקי בצות
BalasHapusהאויר ההד titanium vs platinum הה בלו revlon titanium max edition האר בצות trekz titanium pairing האר titanium bikes ברה בחשקעדיקי בצות titanium muzzle brake וכטה