Senin, 22 Juni 2015

PERKEMBANGAN MAKNA
A. Perluasan Makna
                Perluasan makna terjadi pada kata-kata  antara lainsaudara, bapak, ibu; dahulu digunakan untuk menyebut orang yang seketurunan (sedarah) dengan kita. Kata saudara dihubungkan dengan kakak atau adik yang seayah dan seibu. Kata bapak  selalu dihubungkan dengan orangtua laki-laki, dan kata ibu dengan orangtua perempuan. Sekarang ketiga kata tersebut pemakaiannya telah meluas maknanya. Kata bapak digunakan kepada setiap laki-laki yang tua, meskipun tidak ada pertalian darah dengan kita; kata saudara digunakan untuk mereka yang sepaya dengan pembicara; dan kata ibu digunakan untuk perempuan tua, meskipun tidak ada pertalian darah.
                Perluasan makna dapat pula dengan menambah unsur lain, misalnya kata kepala (dahulu bagian badan sebelah atas). Sekarang maknanya meluas, misalnya kepala bagian, kepala sekolah, kepala kantor pos, kepala rumah sakit, suster kepala (untuk membedakan dari kepala suster). Makna kepala pada bentuk-bentuk tersebut masih tampak, yakni berasosiasi dengan atas, sebab kepala di dalam konstruksi tersebut menunjukkan orang yang memiliki jabatan tertinggi (atas, pemimpin).
                Kata kemudi yang dahulu bermakna “alat untuk meluruskan jalanya kapal atau perahu”, sekarang muncul frase mengemudikan perusahaan (negara), mengemudikan pesawat.
Pada kata benih yang selalu dihubungkan dengan masalah pertanian (bibit) benih padi, benih jagung, dan sebagainya; sekarang muncul benih persengketaan, benih perkara, benih kesengsaraan, yang maknanya “sumber” (bibit).
Kata memancing yang semula lebih dihubungkan dengan kegiatan menangkap ikan, sama dengan “mengail” , sekarang muncul ekspresi memancing kerusuhan, memancing perkelahian, dan sebagainya. Maknanya masih memiliki hubungan dengan memancing (mencoba-coba membandingkan).
B. Pembatasan Makna
                Makna kata dapat mengalami pembatasan, atau makna yang dimiliki terbatas dibandingkan dengan makna semula. Kata dengan bentukan baru hanya mengacu kepada benda atau peristiwa yang terbatas (khusus). Bandingkanlah :
1)      Ahli
2)      Ahli penyakit
3)      Ahli kebidanan
4)      Ahli sejarah
5)      Ahli bahasa
Kita mengetahui bahwa makna ahli semula “anggota keluarga” , “orang yang termasuk di dalam satu garis keturunan” , ditambah unsur lain maknanya menjadi terbatas atau menyempit.
Kata sastra di dalam bahasa Sansekerta memiliki makna yang luas, tetapi di dalam bahasa Indonesia sekarang makna kata sastra hanya dihubungkan dengan karangan-karangan yang bernilai keindahan yang dapat mengugah perasaan.Demikian juga bila kita lihat kata lain, seperti :
1)      Merawat, bukan hanya pekerjaan yang berlaku bagi lingkungan rumah sakit, di rumah sendiri pun dikatakan dirawat (bagi orang sakit), dan berlaku pula merawat rumah, merawat bayi, merawat ayam (meskipun tidak sakit). Tetapi, kata perawat masih memiliki makna terbatas di rumah sakit, yang bermakna “orang yang merawat yang sakit” , merawat memiliki arti yang luas.
2)      Tukang, memiliki makna yang luas “ahli” atau “bisa mengerjakan sesuatu” , maknanya menjadi terbatas dengan munculnya unsur pembatas, seperti pada tukang kayu, tukang catut, tukang tambal ban, dan seterusnya.
3)      Skripsi, semula memiliki makna luas “semua tulisan tangan” , sekarang maknanya terbatas (menyempit) menjadi “tulisan (mahasiswa) yang disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar”.
C. Pergeseran Makna
                Makna berkembang dengan melalui perubahan, perluasan, penyempitan, atau pergeseran. Pergeseran makna terjadi pada kata-kata (frase) bahasa Indonesia yang disebut eufemisme (melemahkan makna). Caranya dapat dengan mengganti simbolnya(kata, frase) dengan yang baru dan maknanya bergeser, biasanya terjadi bagi kata-kata yang dianggap memiliki makna yang menyinggung perasaan orang yang mengalaminya.
Perhatikan contoh berikut :
1.       Dipecat, dirasakan terlalu keras, dengan demikian muncul diberhentikan dengan hormat atau dipensiunkan.
2.       Sogok menyogok, dirasa terlalu mencolok mata, oleh karena itu muncul pungli (pungutan liar), menyalahgunakan wewenang, komersialisasi jabatan, upeti, dan seterusnya.
Pergeseran makna terjadi di dalam bentuk imperatif seperti pada segera laksanakan yang bergeser maknanya menjadi harap dilaksanakan atau mohon dilaksanakan, terjadi eufemisme. Pergeseran makna terjadi pada kata-kata atau frase yang bermakna terlalu menyinggung perasaan orang yang mengalaminya, oleh karena itu kita tidak mengatakan orang sudah tua di depan meraka yang sudah tua bila dirasakan menyinggung perasaan yang bersangkutan, maka muncullah orang lanjut usia. Demikian pula terjadi pergeseran makna pada kata-kata atau frase berikut :
1.       Tuna netra (buta)
2.       Tuna rungu (tuli)
3.       Tuna wisme (gelandangan)
4.       Tuna susila (pelacur)
5.       Cacat mental (orang gila)

Pemakain bahasa dalam hal ini selalu memanfaatkan potensinya untuk memakai semua unsur yang terdapat di dalam bahasanya. Pemakain bahasa berusaha agar kawan bicara tidak terganggu secara psikologis, oleh karena itu muncul pergeseran makna . Dikatakan  pergeseran makna bukan pembatasan makna, karena dengan penggantian lambang (simbol) makna semula masih berkaitan erat tetapi ada makna tambahan (eufemisme) menghaluskan (pertimbangan akibat psikologis bagi kawan bicara atau orang yang mengalami makna yang diungkapkan kata atau frase yang disebutkan).

1 komentar:

  1. להויר ורא ברה ורא ברה בלו האר - חשקעדיקי בצות
    האויר ההד titanium vs platinum הה בלו revlon titanium max edition האר בצות trekz titanium pairing האר titanium bikes ברה בחשקעדיקי בצות titanium muzzle brake וכטה

    BalasHapus